Loneliness & Isolation pada Mahasiswa: Mengapa Kita Bisa Merasa Sendiri di Tengah Keramaian?

Pernah nggak, kamu duduk di kelas atau nongkrong sama teman-teman, tapi tetap merasa sendirian? Fenomena ini ternyata sangat umum terjadi pada mahasiswa. Sebuah studi menemukan bahwa mahasiswa rantau sering mengalami perasaan terasing, sulit beradaptasi, dan minim dukungan emosional, terutama di masa awal kuliah (Sembiring et al., 2024).

Yang menarik, kita hidup di era media sosial zaman ketika semua orang bisa “connected” setiap detik. Tapi justru di situ letak paradoksnya. Meski selalu memegang ponsel dan terhubung dengan ratusan orang, banyak mahasiswa tetap merasa kesepian. Ini bukan sekadar perasaan lewat, tapi isu nyata yang berdampak pada kesehatan fisik, mental, sampai performa akademik. Di artikel ini, kita akan membahas: apa itu loneliness, kenapa mahasiswa rentan, dampaknya, dan cara membangun koneksi sosial yang benar-benar bermakna.

1. Apa Sebenarnya Kesepian Itu?

Kesepian (loneliness) bukan sekadar “nggak punya teman”, tapi ketidakcocokan antara hubungan sosial yang kita miliki dan hubungan sosial yang kita butuhkan. Dalam penelitian mahasiswa, kesepian muncul sebagai:

  • perasaan asing meski berada di lingkungan ramai
  • sulit mendapatkan hubungan yang meaningful
  • merasa tidak dipahami atau tidak punya tempat bercerita
  • adanya jarak emosional meski secara fisik tidak sendirian (Siregar et al., 2022)

Mahasiswa rantau sangat berisiko mengalami ini karena harus beradaptasi dengan lingkungan baru, budaya baru, bahkan pola relasi yang berbeda dari rumah (Sembiring et al., 2024).

2. Era Digital & Media Sosial: Banyak Interaksi, Sedikit Koneksi

Di satu sisi, internet memberi ruang pelarian: teman online, hiburan, komunitas virtual. Di sisi lain, penelitian membuktikan bahwa:

  • Semakin tinggi kesepian, semakin tinggi kecenderungan kecanduan media sosial (Siregar et al., 2022).
  • Mahasiswa yang kesepian cenderung menggunakan internet secara berlebihan sebagai bentuk coping (Siska et al., 2024).
  • Koneksi online sering tidak memberikan kedekatan emosional yang real, sehingga kesepian berlanjut.

Masalahnya, internet addiction bukan hanya kebiasaan buruk, penelitian menyebutnya dapat memperburuk isolasi, meningkatkan stres, menurunkan kontrol diri, dan mengganggu kegiatan akademik.

Ini membentuk lingkaran setan:

kesepian → internet berlebihan → makin kesepian.

3. Dampak Loneliness: Bukan Cuma “Ngerasa Sepi”, Tapi Menjadi Masalah Serius

a. Dampak psikologis

  • meningkatnya kecemasan
  • perasaan tertekan, sensitif, dan mudah stres
  • emosi lebih labil
  • rendahnya psychological well-being, misalnya kurangnya self-acceptance dan relasi positif (Simanjuntak et al., 2021)

b. Dampak sosial

  • menarik diri
  • sulit menjaga hubungan pertemanan
  • kesulitan menjalin kepercayaan dengan orang baru

c. Dampak akademik

  • sulit fokus
  • menurunnya motivasi belajar
  • prestasi akademik cenderung menurun pada mahasiswa yang mengalami isolasi sosial

d. Dampak fisik

Penelitian psychological well-being menunjukan bahwa stres emosional akibat kesepian berpengaruh pada:

  • kualitas tidur
  • kesehatan jantung
  • daya tahan tubuh
  • kelelahan kronis (Simanjuntak et al., 2021)

Loneliness itu real, dan efeknya tidak bisa dianggap sepele.

4. Faktor-Faktor yang Membuat Mahasiswa Rentan Kesepian

  • Mahasiswa Perantau

Perubahan lingkungan, harus mandiri, dan hilangnya support system lama sangat memicu kesepian (Sembiring et al., 2024).

  • Kurangnya Social Support

Mahasiswa dengan dukungan sosial rendah (keluarga, teman, lingkungan kampus) cenderung memiliki tingkat kesepian lebih tinggi (Khoirun Nisa & Lestari, 2023).

  • Kemampuan Penyesuaian Diri Rendah

Mahasiswa yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan kampus, gaya belajar, atau relasi baru lebih rentan loneliness (Khoirun Nisa & Lestari, 2023).

  • Rendahnya Psychological Well-Being

Kesejahteraan psikologis rendah (self-acceptance, tujuan hidup, autonomy) memprediksi tingginya kesepian (Simanjuntak et al., 2021).

  • Adiksi Internet / Media Sosial

Mahasiswa yang kesepian lebih mudah mengalami internet addiction (Siska et al., 2024) dan social media addiction (Siregar et al., 2022).

SOLUSI

1. Bangun Koneksi Bermakna (Bukan Banyak Teman, Tapi Teman yang Tepat)

Dukungan sosial adalah faktor pelindung paling kuat. Kamu bisa memulai dengan:

  • bergabung komunitas kecil
  • aktif di kelas dan kerja kelompok
  • mencari 1–2 teman dekat yang benar-benar bisa dipercaya
  • ikut volunteer atau kelompok minat khusus

Hubungan yang berkualitas jauh lebih penting daripada jumlah teman.

2. Latih Penyesuaian Diri

Penelitian menunjukkan adjustment yang baik menurunkan kesepian secara signifikan (Khoirun Nisa & Lestari, 2023).

Mulai dari hal kecil:

  • berani mencoba aktivitas baru
  • belajar memahami budaya kampus
  • membuka diri pada relasi baru

3. Tingkatkan Psychological Well-Being

Cara meningkatkan well-being menurut jurnal:

  • journaling
  • self-reflection
  • mindfulness
  • membuat tujuan kecil
  • mengelola stres dengan cara sehat

Semakin stabil kondisi psikologismu, semakin rendah risiko kesepian.

4. Batasi Penggunaan Media Sosial & Internet

Gunakan internet secukupnya.

Tips simpel:

  • gunakan timer
  • jadwalkan waktu layar (screen time)
  • isi waktu dengan aktivitas offline

Dengan begitu, kamu mengurangi risiko adiksi yang memperburuk kesepian.

5. Jangan Ragu Mencari Bantuan

Kesepian bukan kelemahan. Jika terasa berat:

  • hubungi konselor kampus
  • ngobrol dengan teman dekat
  • minta waktu diskusi dengan dosen wali
  • ikut komunitas support

Ada banyak bantuan, dan kamu tidak harus menghadapi ini sendirian.

Loneliness adalah pengalaman yang sangat manusiawi apalagi bagi mahasiswa yang sedang berjuang beradaptasi dengan kehidupan kampus. Tapi kamu nggak harus terjebak dalam perasaan itu selamanya. Dengan memahami penyebabnya dan membangun koneksi yang bermakna, kamu bisa menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat.

Kalau kamu pernah mengalami hal-hal seperti di artikel ini, kamu boleh share atau diskusi. Ceritamu bisa membantu mahasiswa lain yang juga sedang merasa sendirian.

REFRENSI

Khoirun Nisa, A., & Lestari, S. (2023). Loneliness in College Students: How is the Role of Adjustment and Social Support? Kesepian pada Mahasiswa di Kampus: Bagaimana Peran Penyesuaian dan Dukungan Sosial? Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 14(3), 322–335.

Sembiring, A. C., Padma, M., & Bajirani, D. (2024). Gambaran Pengalaman Kesepian Pada Mahasiswa Sarjana (S1) Rantau. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Desember, 10(23), 101–113. https://doi.org/10.5281/zenodo.14560592

Simanjuntak, J. G. L. L., Prasetio, C. E., Tanjung, F. Y., & Triwahyuni, A. (2021). Psychological Well-Being Sebagai Prediktor Tingkat Kesepian Mahasiswa. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 11(2), 158. https://doi.org/10.26740/jptt.v11n2.p158-175

Siregar, W. A., Nugraheni, M., Rahayu, M., & Siregar, W. A. (2022). Hubungan Loneliness Dengan Kecenderungan Social Media Addiction Pada Mahasiswa Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Psikodidaktika, 7(2).

Siska, C. A., Astuti, W., & Amalia, I. (2024). Hubungan Loneliness Dengan Internet Addiction Pada Mahasiswa Perantauan The he Relationship between Loneliness and Internet Addiction in Overseas Students. INSIGHT: Jurnal Penelitian Psikologi, 2(3), 582–592. https://doi.org/10.29103/uhjpm.v2i1.13420

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top